Hablumminallah Tanpa Hablumminannas, Bagai Pohon Tanpa Buah

Banyuwangi – Liputan Warta Jatim, Di tengah masyarakat yang religius secara ritual, sering kali muncul pertanyaan mendasar: mengapa masih banyak orang yang rajin shalat, tetapi lisannya kasar ? Mengapa ada yang tekun puasa, tapi ringan menyakiti hati sesama ? Inilah ironi yang kerap terjadi ketika hablumminallah tidak berbuah menjadi hablumminannas.

Padahal, kedekatan seseorang kepada Allah SWT sejatinya akan menciptakan pribadi yang lembut, bijak, jujur, dan penuh kasih. Ibadah yang benar seharusnya menjadi cermin akhlak yang mulia. Allah SWT sendiri menegaskan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

(QS. Al-Ankabut: 45)

Shalat, sebagai rukun Islam yang paling utama, bukan sekadar gerakan tubuh, melainkan penyucian jiwa. Jika seseorang benar-benar menghayati shalatnya, maka ia akan menjaga lisan, menghindari ghibah, tidak zalim, dan gemar menolong.

Baca Juga :  Kecamatan Karanglewas Gelar Festival Hari Santri Pertama Tahun 2024

Rasulullah SAW, yang paling tekun dalam ibadah kepada Allah, juga adalah manusia paling santun, paling adil, dan paling peduli terhadap sesama. Beliau bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

(HR. Ahmad)

Artinya, semakin dekat seseorang dengan Allah, seharusnya semakin tinggi pula manfaatnya bagi orang lain.

Namun dalam realitas sosial, kita kadang menemukan orang yang gemar menghakimi, menyebar kebencian, atau merasa paling benar, padahal dari sisi ibadah mereka sangat tekun. Ini menunjukkan adanya ketimpangan antara hubungan vertikal dan horizontal.

Kesalehan yang sejati adalah yang menyatukan keduanya. Seorang mukmin ideal adalah dia yang hatinya khusyuk dalam dzikir, namun tangannya ringan membantu tetangga. Lisannya basah menyebut nama Allah, namun juga lembut dalam menasihati saudaranya.

Baca Juga :  Safari Ramadhan Bersama Forkopimda, Kapolres Batu Ajak Warga Jaga Kamtibmas

Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana cara kita bersujud kepada Allah, tetapi juga bagaimana cara kita bersikap terhadap manusia. Jika hablumminallah telah tertunaikan dengan baik, maka hablumminannas adalah buah manis yang seharusnya tumbuh. Inilah esensi Islam yang rahmatan lil ‘alamin: mendekat kepada Tuhan, dan bermanfaat bagi semesta.

Penulis adalah mantan Ketua PPP dan anggota DPRD 3 periode di Kabupaten Banyuwangi

Oleh: KH. Moh. Ikrom Hasan

Publisher : Ach