Banyuwangi – Liputan Warta Jatim, Warga Dusun Krajan, Desa Kampunganyar, Kecamatan Glagah, semakin resah akibat dampak parah dari aktivitas penebangan liar di kawasan Perkebunan Kalibendo. Salah satu dampak paling mencolok adalah kerusakan kualitas air yang selama ini menjadi sumber kehidupan masyarakat. Air yang dulunya jernih dan layak konsumsi kini berubah menjadi keruh seperti lumpur, menyulitkan warga yang selama puluhan tahun menggantungkan kebutuhan air bersih dari sumber tersebut.
“Sudah puluhan tahun kami mengandalkan sumber air ini. Baru kali ini airnya seperti lumpur. Bagaimana kami mau minum atau memasak?” keluh salah seorang warga.
Penebangan liar yang diduga dilakukan secara besar-besaran di kawasan tersebut tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Pohon-pohon besar seperti karet, cengkeh, kopi, dan bambu yang menjadi penopang tanah dan sumber resapan air kini hilang, memperparah erosi dan mengotori aliran sungai yang digunakan warga.
Pemerintah dan Wakil Rakyat Diam
Keresahan masyarakat sudah sering disuarakan melalui berbagai forum, termasuk ajakan untuk melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama wakil rakyat. Namun, hingga kini, respons pemerintah maupun perwakilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi dinilai nihil.
“Mana peran pemerintah dan wakil rakyat? Kami sudah mengajak untuk RDP, tapi semua diam. Kami seperti dibiarkan menghadapi masalah ini sendirian,” ujar tokoh masyarakat setempat dengan nada kecewa.
Menurut warga, ketidakpedulian pemerintah semakin memperburuk keadaan. Mereka mempertanyakan apakah ada kepentingan tertentu yang membuat para pemangku kebijakan enggan bertindak tegas terhadap para pelaku penebangan liar.
Warga Kampunganyar menuntut pemerintah Banyuwangi segera turun tangan untuk menghentikan aktivitas penebangan liar di Perkebunan. (Red)