Jakarta – Liputan Warta Jatim, Pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI 2025 bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah pernyataan visi yang kuat tentang arah bangsa. Dengan dua hari menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan, pidato ini membawa kita pada sebuah refleksi mendalam dan proyeksi masa depan yang ambisius. Presiden Prabowo mengajak seluruh elemen bangsa untuk bangkit, menghadapi tantangan, dan memanfaatkan momentum emas untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa yaitu Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.

Mengawali pidatonya, Presiden Prabowo memberikan penghormatan tulus kepada para pendahulu yang telah memimpin bangsa ini. Ia memaparkan kontribusi signifikan dari setiap presiden, mulai dari Soekarno yang menyatukan bangsa, Soeharto yang membangun fondasi ekonomi dan mewujudkan swasembada pangan, hingga Joko Widodo yang masif membangun infrastruktur dan merintis hilirisasi sumber daya alam.

Penghargaan ini bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menegaskan bahwa pembangunan bangsa adalah sebuah estafet berkelanjutan. Ia menekankan bahwa setiap langkah yang diambil hari ini adalah kelanjutan dari perjuangan panjang yang telah dimulai 80 tahun lalu.

Salah satu poin menarik dari pidato ini adalah pandangan Presiden tentang demokrasi Indonesia. Ia menyebutkan, transisi kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo ke pemerintahannya berjalan dengan lancar dan damai, sebuah bukti kematangan demokrasi Indonesia yang sering kali menjadi pertanyaan dan kekaguman negara lain.

Prabowo menegaskan, demokrasi khas Indonesia adalah demokrasi yang sejuk, mempersatukan, dan mengedepankan budaya kekeluargaan serta gotong royong. Visi ini menjadi landasan penting untuk menjaga stabilitas politik, yang merupakan prasyarat utama untuk pembangunan ekonomi. Ia juga secara terbuka mengakui bahwa meskipun demokrasi telah matang, tantangan korupsi masih menjadi penyakit kronis yang harus diberantas.

Baca Juga :  Polres Sumenep Terjunkan 223 Personel Pengamanan Laga Liga 3 Kapal Api PSSI Jatim

Presiden Prabowo tidak ragu-ragu menyampaikan fakta pahit tentang penyelewengan dan kebocoran kekayaan negara yang masif, yang ia sebut sebagai “net outflow of national wealth.” Tanpa menyalahkan siapa pun, ia berfokus pada solusi.

Salah satu langkah berani yang telah diambil pemerintahannya adalah menyelamatkan Rp300 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang rawan diselewengkan. Dana ini kemudian dialihkan untuk program-program yang lebih produktif dan langsung dirasakan rakyat, seperti inisiatif Makan Bergizi Gratis.

Inti dari pidato kenegaraan ini adalah seruan untuk kembali pada amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33. Presiden Prabowo berpendapat bahwa distorsi ekonomi, di mana pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati segelintir orang, terjadi karena bangsa ini telah mengabaikan pasal-pasal fundamental tersebut

Ia menekankan pentingnya peran negara dalam menguasai dan mengelola cabang-cabang produksi yang vital dan hajat hidup orang banyak. Sebagai implementasi nyata dari amanat ini, ia mengumumkan bahwa usaha penggilingan beras skala besar harus mendapat izin khusus pemerintah, atau dikelola oleh BUMN/BUMD, untuk memastikan ketersediaan dan harga pangan yang stabil bagi rakyat.

Meskipun baru menjabat kurang dari setahun, Presiden Prabowo memaparkan serangkaian capaian signifikan yang telah diraih pemerintahannya:

Baca Juga :  Polisi Ungkap Kasus Dugaan Korupsi Kades Kradinan Berkas Penyidikan Dinyatakan Lengkap oleh Kejari Tulungagung

1. Pertumbuhan ekonomi stabil di tengah ketidakpastian global, mencapai 5,12% di kuartal kedua 2025.

2. Realisasi investasi melonjak 13,6%, menyerap lebih dari 1,2 juta tenaga kerja.

3. Program Makan Bergizi Gratis telah menjangkau 20 juta anak, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan mendorong ekonomi pedesaan.

4. Swasembada pangan kembali terwujud dengan surplus produksi beras dan rekor cadangan nasional.

5. Pengentasan kemiskinan ekstrem melalui pembentukan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dan pembangunan 100 Sekolah Rakyat.

Reformasi di bidang hukum dan pertahanan dengan meningkatkan gaji hakim, menertibkan tambang dan perkebunan ilegal, serta membentuk komando militer baru untuk memperkuat pertahanan negara.

Di akhir pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan kembali komitmennya untuk bekerja demi kemakmuran rakyat, agar “wong cilik iso gemuyu” (rakyat kecil bisa tersenyum). Ia menutup pidatonya dengan seruan untuk persatuan dan gotong royong guna mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dan moral yang disegani dunia. Visi “Indonesia Incorporated” menjadi puncak dari pidato ini, menyerukan sinergi dari seluruh elemen bangsa untuk satu tujuan yaitu Indonesia Maju.

Ariesto Pramitho Ajie

Kaperwil Jabodetabek

By Cahyo