KOTA MALANG – Liputan Warta Jatim, Komitmen untuk meningkatkan literasi dan memperkuat jati diri kebangsaan diwujudkan SMA Negeri 2 Kota Malang melalui peluncuran resmi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) pada Jumat (18/7/2025). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek RI Hafidz Muksin, didampingi jajaran Balai Bahasa Jawa Timur dan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Malang-Batu.
Dalam sambutannya, Hafidz menegaskan bahwa penguasaan literasi adalah syarat mutlak kemajuan bangsa. “Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa diraih tanpa literasi, dan fondasi literasi adalah bahasa,” tegasnya di hadapan siswa, guru, dan pejabat pendidikan.
Hafidz menyoroti pentingnya penguasaan bahasa dalam tiga ranah utama: Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Bahasa Indonesia, menurutnya, bukan sekadar alat komunikasi, tapi simbol identitas nasional. “Dengan bahasa Indonesia, kita bersatu sebagai bangsa. Ini bukan hanya simbol, tapi kekuatan pemersatu yang telah terbukti sejak Sumpah Pemuda 1928,” ujarnya.
Ia menjelaskan, UKBI bukan sekadar tes, melainkan instrumen evaluatif yang mengukur kemampuan menyeluruh berbahasa, mulai dari membaca, menulis, berbicara, hingga memahami. “Literasi bukan hanya soal membaca, tapi juga memahami dan mengimplementasikan makna dari bacaan,” imbuh Hafidz.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pondasi penting bagi setiap siswa untuk menyerap ilmu pengetahuan dan berkompetisi di tingkat global. “Kalau siswa SMA masih memiliki kemahiran di bawah level madya, itu artinya kemampuan literasinya belum mencapai standar nasional,” tegasnya.
Selain bahasa nasional, Hafidz menegaskan pentingnya pelestarian bahasa daerah sebagai sumber kekayaan budaya dan kosakata baru. Saat ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah memuat lebih dari 208 ribu lema, banyak di antaranya berasal dari bahasa daerah. “Bahasa daerah menyimpan karakter lokal. Menguasainya membuat kita tetap arif dan bijaksana dalam nilai-nilai budaya,” katanya.
Sementara itu, penguasaan bahasa asing juga menjadi kebutuhan mutlak di era globalisasi. Hafidz mengingatkan bahwa generasi muda tak boleh tertinggal dalam kompetisi global. “Bahasa asing tentu harus kita kuasai, tapi jangan sampai mengorbankan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” tandasnya.
Dalam catatan Badan Bahasa, Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan jumlah peserta UKBI terbanyak di Indonesia sepanjang 2024. “Kami sangat mengapresiasi peran Pemprov Jawa Timur, terutama para guru, pengawas, kepala sekolah, dan Dinas Pendidikan yang telah menjaga komitmen ini,” ucap Hafidz.
SMA Negeri 2 Kota Malang sendiri mencatat lonjakan signifikan dari peringkat ke-18 menjadi peringkat pertama secara nasional dalam pelaksanaan UKBI. Namun Hafidz mengingatkan, prestasi ini bukanlah tujuan akhir. “Yang lebih penting adalah konsistensi dalam proses. Penghargaan itu bonus dari kerja keras yang berkualitas dan berkelanjutan,” jelasnya.
UKBI, menurut Hafidz, kini menjadi salah satu instrumen utama dalam Asesmen Nasional. Hasilnya cukup mengkhawatirkan: hanya 50% siswa Indonesia yang memiliki tingkat literasi sesuai standar minimal. “Artinya dari tiga anak, hanya satu yang bisa memahami bacaan dengan baik. Ini harus jadi perhatian serius,” katanya.
Ia juga mengingatkan para guru agar tidak sekadar mengajar, tapi juga mampu menyampaikan materi dengan narasi yang baik dan mudah dipahami. “Kalau guru tidak punya kemahiran berbahasa, soal ujian bisa jadi membingungkan. Anak malah tidak paham maksud soalnya,” ujarnya sembari mencontohkan soal ambigu yang sering terjadi.
Untuk itu, ia mendorong agar para guru mencapai minimal level ‘mahir’ dalam UKBI sebagai bentuk tanggung jawab profesional. “Guru harus mampu menulis informasi dan soal dengan baik. Literasi guru menentukan literasi siswa,” tegasnya.
Di akhir pidatonya, Hafidz menyampaikan harapan besar kepada SMA Negeri 2 Kota Malang. Ia berharap sekolah ini bisa menjadi teladan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan formal. “Kami ingin ada tim pengawas bahasa di SMA 2 Malang. Ini bisa jadi contoh nasional,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa peluncuran program UKBI bukan sekadar seremonial, melainkan langkah konkret dalam membentuk sumber daya manusia unggul. “Semoga dari SMA Negeri 2 Malang lahir generasi emas 2045 yang menguasai teknologi, ilmu pengetahuan, dan tetap menjunjung tinggi identitas bangsa melalui bahasa,” tuturnya.
Kepala SMA Negeri 2 Kota Malang, Eny Retno Diwati, M.Pd., menyampaikan, bila sekolahnya telah menjadi pelaksana awal program UKBI Adaptif Merdeka sejak 2024. “Kami ingin menjadikan UKBI sebagai program unggulan. Bukan sekadar rutinitas, tapi benar-benar berdampak pada peningkatan literasi siswa dan guru. Terbukti, pelaksanaan UKBI membuat proses belajar menjadi lebih efektif karena siswa lebih mampu memahami isi pelajaran dan menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas,” ungkap Eny.
Ia juga menekankan bahwa keterlibatan siswa dalam UKBI bukan sekadar menggugurkan kewajiban. “Kami beri waktu empat hari agar siswa bisa mengikuti dengan serius. Hasilnya luar biasa. Kami akan beri penghargaan kepada siswa dengan skor tertinggi,” tambahnya.
Eny menyebutkan, UKBI telah membuka jalan bagi SMA Negeri 2 untuk mengikuti berbagai ajang seperti RUKA (Ruang Kreativitas Bahasa dan Sastra), dengan target ambisius menjadi peringkat pertama nasional setelah sebelumnya menempati posisi ke-18. “Kami ingin sekolah ini tidak hanya unggul dalam nilai, tapi juga menjadi teladan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” ujarnya optimistis.
Dr. Hj. Hastini Ratna Dewi, M.Pd., Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Malang-Batu turut mengapresiasi langkah SMA Negeri 2. “Kami mendukung penuh UKBI sebagai alat evaluasi kemampuan bahasa siswa dan guru. Dengan UKBI, suasana pembelajaran menjadi lebih hidup, komunikatif, dan nasionalisme siswa pun tumbuh,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Dr. Puji Retno Hardiningtyas, S.S., M.Hum. Ia menekankan pentingnya UKBI sebagai bagian dari gerakan literasi nasional. “Kami akan terus mendampingi sekolah-sekolah di Jawa Timur, termasuk dalam ni program revitalisasi bahasa daerah. SMA Negeri 2 Kota Malang menjadi contoh baik yang bisa menginspirasi sekolah lainnya,” katanya. ( */K Sianto)