Malang – Liputan Warta Jatim, Malam 10 Muharram 1447 H menjadi saksi semangat gotong royong dan kecintaan warga RW 11, Dusun Jabon, Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terhadap nilai-nilai tradisi dan spiritualitas. Dalam balutan tema bermakna, “Wulan Suro nuntun kita. Elinga, urip iku urup, tegese kudu migunani” (Bulan Suro membimbing kita. Ingatlah, hidup itu menyala, artinya harus bermanfaat), masyarakat setempat menggelar Grebeg Suro dengan kirab budaya dan selamatan tumpengan yang berlangsung penuh semangat, Minggu malam (6/7/2025).
Sejak selepas salat Isya, jalanan kampung mulai dipenuhi warga yang antusias berkumpul untuk mengikuti atau menyaksikan kirab. Di panggung utama yang dihias dengan ornamen tradisional khas Jawa, tampak para tokoh masyarakat, pemuda-pemudi, ibu-ibu hingga anak-anak hadir mengenakan busana adat. Mereka berkumpul bukan hanya untuk menyemarakkan acara, tetapi juga menunjukkan kecintaan pada warisan budaya yang telah turun-temurun dijaga.
Acara dibuka dengan doa bersama dan sambutan dari Ketua RW 11, Sutyoso Broto, yang menyampaikan rasa haru dan bangganya kepada seluruh warga. “Acara ini tidak mungkin terselenggara tanpa kebersamaan dan semangat gotong royong. Terima kasih kepada semua warga RW 11. Mari kita jadikan momentum ini sebagai tonggak mempererat tali silaturahmi dan melestarikan warisan budaya leluhur,” ujarnya
Iring-iringan kirab budaya pun dimulai dengan empat Gunungan karya warga dari RT 1 hingga RT 4 yang memimpin barisan. Gunungan berbentuk kerucut itu disusun dari sayur-mayur, hasil bumi, dan bunga, melambangkan kemakmuran, harapan, serta rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan. Di belakangnya, hadir tokoh-tokoh simbolik seperti Mbok Ireng, Putri Patirtan, Putri Kembang, dan Wewangian—masing-masing membawa filosofi kehidupan yang diperankan oleh warga setempat dengan kostum dan riasan penuh detail.
Kirab makin semarak dengan penampilan seni dan narasi budaya. Luthfi Amin selaku pembawa acara membacakan makna filosofis dari setiap tokoh dengan gaya tutur khas pewarta budaya. Penonton pun tak sekadar menyaksikan hiburan, tetapi juga belajar mengenali nilai-nilai hidup melalui simbol dan cerita yang dibawakan. Tak ketinggalan, atraksi Bantengan dari kelompok seni Putra Jabon memikat penonton dengan gerakan dinamis penuh kekuatan dan semangat.
Anak-anak pun tak luput dari perhatian dengan kehadiran lampion warna-warni buatan sendiri yang mereka bawa sepanjang rute kirab. Sinar lampu lampion di malam gelap menciptakan suasana magis dan menyentuh hati, seolah menjadi simbol harapan dan penerus semangat budaya bagi generasi mendatang. Kegiatan kemudian berlanjut di panggung utama dengan selamatan tumpengan dan santunan kepada 13 anak yatim sebagai bentuk kepedulian sosial warga.
Malam Grebeg Suro RW 11 Dusun Jabon menjadi perayaan budaya yang merangkul banyak makna: dari kebersamaan, spiritualitas, hingga harapan masa depan. Bagi warga, ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga ruang belajar dan perenungan akan pentingnya hidup yang memberi manfaat bagi sesama. “Urip iku urup” bukan hanya tema, tapi filosofi hidup yang mereka jalankan dan wariskan dari generasi ke generasi. ( * )