Beranda Artikel Mengenal Lebih Lanjut Ajaran Kapitayan Kepercayaan Jawa Kuno

Mengenal Lebih Lanjut Ajaran Kapitayan Kepercayaan Jawa Kuno

72
0

Liputan Warta Jatim – “Kapitayan” merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang memiliki kata dasar “Taya” yang berarti “tak terbayangkan”, “tak terlihat” atau “mutlak” secara harfiah.

I. Sejarah Ajaran Kapitayan Jawa Kuno : Kapitayan berasal dari kata “kapita” yang dalam bahasa Jawa berarti “mengatur” atau “membimbing” dan “yan” yang memiliki arti “sumber”. Sebagai sumber pengetahuan spiritual yang menjadi panduan bagi masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan mereka.

Ajaran ini mengajarkan pentingnya keseimbangan, harmoni, dan keselarasan dalam semua aspek kehidupan. Dalam Kapitayan, manusia dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari alam semesta dan memiliki tanggung jawab untuk hidup secara seimbang dengan alam dan sesama.

 

II. Kapitayan memiliki beberapa karakteristik yang khas dalam praktik dan filosofinya :

1. Triguna atau tiga guna ( tiga prinsip dasar dalam alam semesta )

– Sattwa (kekayaan spiritual dan harmoni),

– Rajas (aktivitas dan dinamisme)

Baca Juga :  Polres Ngawi Salurkan Bantuan Air Bersih untuk Warga Desa Jagir Ngawi

– Tamas (ketidakseimbangan dan kegelapan)

Kapitayan mengajarkan pentingnya mencapai keseimbangan dan keselarasan antara ketiga guna ini dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kapitayan menekankan pentingnya pengendalian diri dan kendali emosi. Diajarkan untuk menguasai pikiran, emosi, dan keinginan mereka, sehingga mereka dapat hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan pengendalian diri yang baik, mereka dapat mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan yang mendalam.

3. Kapitayan juga melibatkan penggunaan simbol-simbol dan mantra yang memiliki makna spiritual dan kekuatan khusus, dapat digunakan dalam meditasi, pemujaan, atau sebagai alat untuk mencapai keadaan kesadaran yang lebih tinggi.

Kapitayan memberikan panduan dan prinsip-prinsip hidup yang menjunjung tinggi moralitas dan etika, mendorong individu untuk hidup dengan integritas dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil, mengajarkan nilai-nilai seperti rasa saling menghormati, keadilan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan kehidupan, memberikan rasa kedamaian batin dan kestabilan emosional, memberikan alat untuk mencapai ketenangan pikiran dan keselarasan dengan alam semesta.

Baca Juga :  Jelang Tahapan Pilkada Serentak 2024, Polresta Malang Kota Optimalkan KRYD

Kapitayan merupakan bagian integral dari keragaman kepercayaan dan praktik spiritual masyarakat Jawa kuno.

Kapitayan dapat memberikan landasan yang kuat bagi individu untuk hidup secara beretika, harmonis, dan bertanggung jawab terhadap alam dan sesama. Ajaran ini mengajarkan pentingnya memperlakukan orang lain dengan saling menghormati, memelihara lingkungan, dan mencapai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan yang lebih besar.

III. Pokok ajaran Kapitayan adalah “Hamemayu hayuning bawana”. Menjaga atau menata keindahan jagat baik jagat cilik (mikrokosmos) dan jagat gedhe (makrokosmos).

Dalam pemahaman orang Jawa, jagat cilik bersifat fisikal (materi), sedangkan jagat gedhe bersifat metafisikal (imateri). Bila diumpamakan manusia, jagat cilik adalah raga manusia. Sedangkan jagat gedhe adalah metafisika atau spiritual manusia. Melalui spiritualnya, manusia dapat mengenal Tuhan. Karenanya orang Jawa berpendapat bahwa di dalam hati,Tuhan bersemayam.(stna)