Malang – Liputan Warta Jatim, Karya seni yang unik dan menarik telah dihasilkan oleh Masari Arifin dari tahun 2000 sampai sekarang. Dia konsisten dengan plastik bekas sebagai medium karyanya. Sabtu (21/9/24)
Masari Arifin mengatakan bahwa tantangannya, bagaimana merubah plastik yang tak ramah lingkungan menjadi sesuatu yang bernilai positif dan ekonomis.
Berawal dari banyaknya plastik bekas disekitar tempat tinggalnya, ide menjadikan limbah seperti tas kresek, sedotan, payet manik dan tampar plastik sebagai medium karya lukis itu muncul.
“Limbah plastik akan jadi masalah lingkungan jika dibiarkan. Disini saya tergerak untuk membantu mengurai dengan memanfaatkannya jadi karya seni.” Kata Masari Arifin, asli Malang ini.
Saat ditemui awak media Liputan Warta Jatim menyampaikan alasan ketertarikan Masari Arifin yang lain memakai media plastik bekas, suatu hari ada kejadian kecil tidak disengaja, tas kresek ketumpahan lilin meninggalkan bercak.
Kejadian itu menggelitik dan mendorongnya untuk melakukan eksperimen dan aware. Selanjutnya Masari Arifin mempelajari sifat dan karakteristik plastik. Hingga sampai ditentukan plastik sebagai media karya seninya.
Pria yang pernah tinggal di Jogja dan Bali ini semula lukisannya beraliran realistis, tapi sejak tahun 2010 aliran lukisannya itu mulai bergeser ke abstrak dan ia suka melakukan eksperimen.
“Jogja dan Bali telah banyak mempengaruhi pemikiran saya tentang seni dan cara berdialog tentang seni, terutama dialog dengan seniman Kota Malang.” Jelas Masari Arifin.
Sebagai seniman otodidak, Masari Arifin banyak belajar dan sering berdialog dengan seniman-seniman senior Kota Malang. Beberapa event telah diikuti diantaranya pada tahun 2024 menyabet juara 2 World Clean Up di Bali.
Masari Arifin berharap, tetaplah berkarya dengan media apapun. Jangan takut bereksperimen, karena itu akan memperkaya wawasan.
“Kepekaan terhadap lingkungan sekitar itu penting serta tidak takut untuk bereksperimen. Tetap eksis dan konsisten. Semoga karya-karya saya ini bermanfaat.” Pungkas Masari Arifin. (S. Kasianto)